Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Hasil kali kelarutan (Ksp)
Larutan adalah sifat di mana zat padat cair atau gas yang dapat larut pada pelarutnya dan membentuk larutan yang homogen. Tingkat kelarutan didefinisikan dengan seberapa banyak zat terlarut yang terlarut hingga keadaan jenuh atau aturan oktet. Kesetimbangan larutan terjadi pada saat jenuh karena kecepatan reaksi telah konstan. Satuan dari kelarutan dapat berupa konsentrasi molalitas dan unit lainnya titik peristiwa pengendapan terjadi apabila suatu larutan terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan sedangkan larutan suatu endapan ialah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutannya memiliki hubungan yang penting dengan hasil kali kelarutan. Hasil kali kelarutan menggambarkan perkalian konsentrasi ion ion elektrolit yang sukar larut dalam larutan jenuhnya pada suhu tertentu dengan koefisien masing-masing. Hubungan hasil kali kelarutan mempunyai nilai yang besar sehingga hasil kali kelarutan mempunyai nilai yang besar sekali dalam analisis kuantitatif karena dengan bantuannya dapat diketahui reaksi reaksi pengendapan titik dengan prinsip hasil kali kelarutan dapat digunakan dalam pengendapan hidroksida larutan garam yang sedikit larut dalam asam dan sebagainya. Pencapuran dari dua zat akan menghasilkan endapan atau belum dapat diketahui melalui perbandingan hasil kali konsentrasi ion-ion yang dicampurkan (Qc) dengan Ksp. Ada tiga kondisi yang terjadi yaitu tidak mengendap(belum jenuh), tpat akan mengendap (tepat jenuh), dan sudah mengendap (jenuh) (Chang, 2003).
Gambar 1. Kelarutan dan hasil kelarutan
(sumber: https://images.app.goo.gl/zRj8LvA94MnWKGdJ6)
Tetapan hasil kali kelarutan Ksp suatu senyawa ialah hasil kali konsentrasi molar dan ion-ion penyusunnya, di mana masing-masing dipangkatkan dengan koefisien stokiometrinya di dalam persamaan kesetimbangan titik hasil kali kelarutan Ksp suatu senyawa ionik yang sukar larut dalam membentuk informasi tentang kelarutan suatu senyawa tersebut dalam air. Semakin kecil nilai Ksp suatu senyawa reaktan semakin sedikit kelarutan senyawa tersebut dalam air. Terdapat kuantitas lain yang menyatakan kelarutan zat yaitu kelarutan molar jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan jenuh dan kelarutan ialah jumlah garam zat terlarut dalam 1 liter larutan jenuh titik semua pernyataan tersebut mengacu pada konsentrasi dalam larutan jenuh pada suatu tertentu. Saat suatu garam di dituangkan ke dalam air ada yang larut dengan baik dan membentuk ion-ionnya dan terdapat kelarutannya sangat sedikit. Apabila senyawa ionik yang kelarutannya sedikit dicampur kan dengan air secara berlebihan akan terbentuk suatu keseimbangan antara senyawa padat dan ion-ion nya. Pembentukan larutan terjadi ketika partikel pelarut dan zat terlarut dapat memisahkan diri dan bercampur. Karena partikel suatu zat selalu tertarik ke partikel lain dari zat tersebut meski pun hanya melalui gaya dispersi energi harus dibutuhkan untuk memisahkan zat terlarut dan pelarut dalam pembentukan larutan titik penggerakan partikel setelah mereka dipisahkan memungkinkan mereka berdifusi satu sama lain dan interaksi baru terjadi antara zat terlarut dan partikel terlarut yang melepaskan energi titik pembentukan larutan dapat berupa endotermik atau eksotermik tergantung pada jumlah energi yang diserap saat partikel terpisah dan jumlah energi yang dilepaskan saat atraksi baru terbentuk. Jika pelarut atau zat terlarut sangat tertarik pada dirinya sendiri dan bahkan zat lain, maka kelarutannya akan rendah (Kristyaka, 2018).
Menurut Roni dan Herawati (2020),
larutan bergantung juga terhadap sifat dan konsentrasi zat terutama ion-ion
dalam campuran tersebut besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi beberapa
faktor diantaranya yaitu:
1.
Suhu, kelarutan zat padat dalam air akan meningkat jika suhunya dinaikkan
adanya panas mengakibatkan semakin renggangnya jarak antara molekul panas
sehingga kekuatan gaya antar molekul menjadi di lemah.
2.
Efek ion sejenis kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut
mengandung suatu ion-ion penyusun endapan.
3.
Sifat pelarut, garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya
kelarutan di dalam pelarut juga di saat digunakan sebagai Dasar pemisahan dari
zat.
4.
Pengaruh pH kelarutan dari garam asam lemah bergantung pada Ph larutan.
5.
Pengaruh hidrolisis jika garam asam lemah dilarutkan dalam air akan menghasilkan
perubahan plastik Kation dan garam mengalami hidrolisis menambah kelarutannya.
6.
Efek Kompleks kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi
yang menghasilkan kompleks dengan kation garam tersebut.
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Larutan cair dan gas adalah jenis larutan yang paling sering dipakai pelajari dalam kimia titik larutan terdiri dari zat pembawa dalam fase yang berbeda yang disebut pelarut atau solvent dan zat yang dibawa yang disebut zat terlarut atau solut. Ketika larutan terbentuk dari zat dalam fase yang berbeda zat terlarut adalah zat yang mengalami perubahan fase misalnya garam pada larutan ke dalam air menciptakan larutan cair. Ketika larutan terbentuk dari dua zat dalam satu fasa pelarut adalah zat yang ada dalam jumlah terbesar titik larutan dimana air sebagai media pelarutannya dikenal sebagai larutan berair atau Aquos. Banyak zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut disebut kelarutannya. Senyawa larutan terbentuk dengan laju dan luasan yang berbeda titik laju tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran zat terlarut, pengadukan dan juga suhu. proses pemisahan dengan menambahkan suatu larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion ion dalam campuran larutan yang akan dipisahkan titik karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapan (Hatiawan et al., 2016).
DAFTAR
PUSTAKA
Chang, R. 2003. Kimia Dasar:
Konsep-Konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Hatiawan, Z., F. Firmansyah.,
Juliandri., D.R. Eddy, dan R.S. Novianti. 2016." Pemisahan Lanthanum dari
Limbah Hasil Pengolahan Timah dengan Menggunakan Metode Pengendapan Bertingkat"
Journal Chemica of Natura Acta. Vol 4 (2): 93 -96.
Kristyaka,
H. S. R. 2018.”Optimasi Kondisi Proses Pengendapan Hidroksi Logam-Logam Berat
Kromium dan Nikel Secara Bertingkat Dalam Limbah Cair Elektroplating”. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang. Vol.
9(2) : 150-165.
Roni, K. A., dan N. Herawati.
2020. Kimia Fisika I. Palembang: Rafah Press UIN Raden Fatah.
Komentar
Posting Komentar